Harga Properti Sekunder di Jatim Turun 20 Persen

News

Terdampak pandemi Covid-19, pasar properti untuk produk secondary market di wilayah Jawa Timur (Jatim) dipastikan merosot tajam. Pasalnya, harga jual terkoreksi hingga 20 persen.

Ketua Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (Arebi) Jatim, Rudy Sutanto mengatakan, saat ini banyak pemilik properti sekunder yang menjual propertinya. Selain untuk mempertahankan cashflow, juga karena tidak mau harganya akan jatuh lebih dalam. 

 

"Pasalnya, saat ini harga properti sekunder sudah turun sekitar 20 persen, dengan stok yang bisa dibilang cukup banyak,” kata Rudy kepada Beritasatu.com, di Surabaya, Rabu (22/4/2020). 

 

Menurut Rudy, sebenarnya saat ini adalah waktu yang tepat bagi para investor yang ingin berinvestasi di properti. Dengan harga yang sudah terkoreksi cukup tajam, investor berpeluang mendapatkan gain yang lebih besar ketika pasar nanti sudah membaik. 

 

Baca Juga: Pasar Rumah Sekunder di Jatim Masih Menjanjikan 

 

"Ada petuah begini, belilah pada saat bad situation. Karena ada penurunan harga atau harga miring dari pemiliknya yang membutuhkan dana untuk mempertahankan cashflow usahanya. Atau juga tidak ada dana untuk meneruskan cicilan inhouse atau KPR,” ujarnya. 

 

Beberapa investor, sambung Rudy, tampaknya memahami betul petuah itu sehingga tetap berinvestasi di tengah pandemi Covid-19. “Mereka mulai melakukan viewing dengan broker anggota Arebi untuk melihat properti mana saja yang cocok untuk dibeli. Ada yang sudah memberikan tanda jadi atau uang muka sambil melihat perkembangan situasi sambal menunggu waktu yang pas untuk akta jual beli. Ini kesempatan baik bagi investor karen harga sudah di bawah pasar,” tandas Rudy. 

 

Menurut Rudi, jenis properti yang masih menarik di tengah pandemi Covid-19, selain rumah baik primer maupun sekunder, juga pergudangan banyak peminat. Sebab, suplai pergudangan tidak banyak. Apalagi yang dekat jalan tol, masih banyak yang berminat. 

 

Baca Juga: Arebi Dorong Peningkatan Kapasitas Agen Properti 

 

"Kami kira pergudangan yang masih stabil sekarang. Prospeknya masih bagus untuk investasi. Sebab suplainya juga tidak terlalu banyak,” tandasnya. 

 

Rudy menambahkan, meskipun di tengah penyebaran Covid-19, anggota Arebi Jatim tetap optimistis dengan bisnis yang digelutinya. Hal itu karena umumnya mereka sudah menerapkan pola penjualan secara online. Sehingga, ketika diberlakukan kebijakan work from home (WFH) mereka tetap bisa menawarkan berbagai properti ke klien. 

 

"Kebijakan WFH disikapi dengan baik anggota Arebi. Sebab kita sudah menerapkan revolusi 4.0 pada angota kami. Sehingga saat WFH mereka masih bisa memberikan informasi yang update kepada konsumen yang memerlukan properti,” pungkas Rudy.